Selamat Pagi, Sing dan Sore bagi kalian pembaca blog ini…
Sepertinya sudah hampir beberapa minggu tidak menulis karena merasa masih dalam rangka liburan dan tidak mau diganggu. Oke kegiatan berlibur dirumah sudah berakhir dan melanjutkan sisa-sisa hari liburan di kosan karena kegiatan yang lainnya sudah berjalan. Latihan petanque sudah dimulai lagi, w berniat dari rumah buat latihan.
Kesempatan kali ini akan bercerita kasus senioritas dan palakan terseludup, di zaman milenial ini siapa yang tidak tahu. Kasus yang sudah ada sejak SD, dan mungkin baru diangkat beberapa tahun kebelakang. Banyak juga film yang sudah mengangkat kasus ini. Apalagi di drama korea, itu paling geleng-geleng kepala. Hal yang paling penting adalah untuk membuka mata, apalagi kalau sudah memakan korban jiwa.
Tidak akan mengangkat cerita yang ada di berita-berita atau yang viral lainnya. Tapi akan bercerita kejadian yang benar-benar ada dan sekaligus menerpa adik tercinta. Dia sudah menginjak kelas dua SD. Sebetulnya tidak ada masalah dalam pergaulan. Bersosialisasi pun tidak menjadi halangan.
Soal belajar pun tidak pernah mengeluh. Terkecuali pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Padahal jelas-jelas dia asli keturunan Indonesia Sunda. Pernah satu ketika ada soal:“
Lamun baju kotor kudu …
Jawabannya malah disetrika. Jorok sekali. Intinya hanya masalah pelajaran dan bukan masalah bersosial.
Jadi sebelumnya ketika pagi-pagi sekali setelah mandi dan sarapan, mamah memberikan uang jajan. Tiba-tiba dia bercerita. Bahwa uangnya jajannya sering dipinjam tanpa jaminan pengembalian. Sudah sering, katanya.
Tidak ambil pusing, mamah hanya menyuruh jika sudah terlalu sering, segera lapor guru. Setelah berangkat pukul 6, tiba-tiba pukul 8 wali kelas mengirim pesan. Katanya dia sakit mual, dan minta untuk dijemput saja. Padahal tadi pagi baik-baik saja. Dengan panik dijemputlah dia dari sekolah.
Selang beberapa menit dia datang ke rumah. Wajahnya telah memerah. Menahan tangis sepertinya. Setelah ditanya, dia bilang ada yang mutar-mutar. Mamah hanya memberi nasehat, “Makanya kalau di sekolah jangan maen puter-puteran, nanti pusing sayang kan sekolah”. Tidak menjawab, dia langsung nonton tv lalu minta makan.
Keesokannya, salah satu temannya yang kebetulan dekat dengan rumah datang. Disuruh saudara untuk memberi sup matang. Ogih panggilannya, satu tahun lebih muda. Karena penasaran, mamah bertanya tentang kejadian kemarin. Ternyata benar, ada salah satu anak kelas 6, menjadikan adik kelasnya sebagai mainan.
Ditempat lain, di warung saudara ada salah satu orang tua temannya adik yang sedang menyeduh kopi. Mendengar cerita adik dari saudara, dia tersentak. Tidak lama datang anaknya yang kebetulan juga ingin jajan. Setelah ditanya kejadian kemarin, dia tiba-tiba menangis. Orang tuanya akhirnya sadar, bahwa benjolan di kepala anaknya kemarin adalah sama-sama ulah anak kelas 6. Sebelumnya dia hanya menganggap bahwa itu kecelakaan biasa.
Mendengar kejadian tersebut, tanpa ba-bi-bu. Orang tua tersebut langsung datang ke sekolah. Anaknya yang baru pulang sekolah, dia bawa kembali ke sekolah. Menurut cerita, setelah sampai di sekolah pelaku dan antek-antek pembuli dipanggil oleh guru, termasuk para korban. Jadi Si pelaku dan antek-anteknya ditanya kejujuran mengenai apa yang mereka perbuat. Ternyata pelaku tidak mengaku, tapi antek-anteknya mengaku. Pusingkan dunia? Korban hanya ketakutan.
Setelah ditelusuri ternyata teman yang suka meminjam uang tanpa jaminan adalah adik dari pembuli. Sungguh tragis. Ternyata juga palakan terseludup sering terjadi, hanya saja para korban tidak mau cerita dan ambil pusing. Membiarkan itu terjadi pada mereka.
Mungkin masalah seperti ini selalu ada di sekolah dan tentunya harus menjadi perhatian besar bagi kita seorang calon orang tua atau calon guru bukannya mengaggap merupakan hal yang lumrah. Kakak kelas harusnya menyayangi adik kelas, bukan malah menganggap dirinya seorang senior dan memanfaatkan junior.
Tidak menyalahkan siapa-siapa disini, hanya saja kita harus hapuskan tradisi ini. Beri pengertian bahwa membuli adalah tindakan yang tidak terpuji.
Comments
Post a Comment
Boleh Komentar, sekedar informasi untuk menambah wawasan.