Hari ini turun hujan,
matahari tidak menampakan batang hidungnya. Kipas angin tidak berputar seperti hari kemarin, udaranya sudah cukup dingin. Tidak ada hal besar untuk dilakukan, hanya terlentang dengan harap hari cepat berlalu. Semoga hari esok akan lebih baik dari hari ini.
Pada nyatanya itu semua tidak terjadi, hari ini sama saja dengan hari kemarin. Hanya nasi goreng yang spesial, hidup ini nyatanya tidak. Banyak sekali hal yang tidak bisa dimengerti dalam hidup. Dimana semakin dipikirkan rasanya hanya akan bertemu dengan jurang tanpa dasar.
Setiap orang memang mempunyai kapasitas akan dirinya masing-masing, dimana sebagian besar dari mereka tidak menyadari hal tersebut. Mereka berjalan kokoh, bermimpi tanpa bangun, membual tentang banyak hal, percaya bahwa masa depan sedang duduk manis menunggu, tanpa mengetahui tujuan sebenarnya dalam hidup mereka itu apa.
Pernahkah selintas kalian berpikir merasa salah untuk memilih jalan hidup? Kalau pernah, apa yang kalian pikirkan? Apakah kalian akan berpikir,
“Sebenarnya dimana semua ini bermula?”
“Keputusan seperti apa yang pernah dijalani, hingga pada akhirnya seperti ini?”
“Kehidupan seperti apa yang pernah dijalani, hingga pada akhirnya berujung seperti ini?”
“Bisakah diperbaiki?”
“Sudahlah jalani saja!”
“Apakah salah memilih jalan hidup itu hanya omong kosong? Kamu mungkin sedang tidak percaya diri saja!”
Semakin dewasa terlalu banyak hal yang perlu disadari. Pesimis bukanlah hal yang baik, tapi terlalu optimis seperti halnya sedang memupuk bom yang bisa meledak dikemudian hari. Suatu saat diri sangat semangat untuk melakukan hal apapun, namun beberapa saat kemudian hanya termenung dan bertanya,
“What i’m doing? Am I doing right?”
Berpikir banyak memang akan melatih otak, tapi kalau jadi banyak pikiran rasanya hanya membuat kepala akan menjadi pecah. Tapi itulah yang terjadi. Beberapa kata bijak melintas didepan mata, tapi rasanya hanya mampu dinikmati untuk mengindahkan penglihatan saja.
Adakah kawan yang sedang mengalami hal yang serupa? Di umur 19 hal pertama yang dilakukan adalah menulis Ikigai di depan buku catatan penting (notebook),
What i’m need?
What i’m love?
What i’m good at?
What i can get paid for?
What the world need?
Yang sekarang rasanya hanya meninggalkan tinta saja. Benar Tuhan sangat pandai membolak-balikan hati hambanya. But actually it’s not God’s fault, it’s just self-depravity.
Am I cursed? Tell me!
Comments
Post a Comment
Boleh Komentar, sekedar informasi untuk menambah wawasan.