Yeay… happy Monday every body
Kalau Ayah Pidi Baiq pasti bilang “Aduh rajin udah Senin aja” kalau kata Bung Fiersa "Seperti Hari lainnya, Senin cuma 24 jam. Semangat melewati Hari ini". Hari ini berangkat ngampus pukul 1, mata kuliah PPMPM (Intinya media pembelajaran dan pengembangan pembelajaran matematika). Isinya tentang gimana cara kita untuk menyampaikan materi kepada anak melalui berbagai alat peraga, power point, alat peraga misalnya. Semalaman hingga jam 10 lebih lanjut pagi sampai jam setengah 8 mengerjakan tugas membuat alat peraga matematika.
Alat peraga matematika yang dibuat diadopsi dari permainan LUDO, kids zaman know pasti tahu permainan ini. Dikasih nama “MALU-MALU V.18” kepanjangannya ya nantilah, insyaallah dipublishan selanjutnya akan jelaskan. Ya intinya meski cuma bikin satu alat peraga sibuknya minta ampun, apalagi kalau sudah jadi guru ya? Makanya mungkin ini kenapa guru disebut pahlawan tanpa tanda jasa, dia melakukan apapun agar bagaimana muridnya bisa menyerap mata pelajaran yang disampaikan. Ouh iya kemarin 25 November hari guru nasional, selamat hari guru!! Terimakasih pada semua gur yang telah membimbing hingga dapat melangkah sejauh ini, semoga kalian sehat selalu dan semoga nanti menyusul menjadi guru yang dirindukan oleh siswanya.. aamiin.
Okay, kali ini akan cerita tentang hari kemarin tepatnya 25 November 2018. Anggaplah kemarin adalah hari yang sangat panjang, lumayan melelahkan dan tentunya banyak banget pelajaran. Cerita ini mari kasih judul sebagai NANO-NANONYA NOVEMBER.
Pagi- pagi sekali “Meti” mengirim pesan, katanya berangkat seminar bareng. Eh seminar apaan? Bukannya seminar itu tanggal 25 bulan depan? Ternyata setelah melihat bannernya kembali, mrmang hari ini. Untung dia mengingatkan.
Tema seminar nasional kali ini yaitu “Mengubah Keterbatasan menjadi Spirit untuk Menggapai Cita-Cita” dengan dua pemateri yaitu Mukhanif Yasin Yusup, S.S, M.A (Awardee LPDP afirmasi UGM, alumni bidikmisi berprestasi, Awardee Australia Awards Scholarship) dengan materi “membangun jiwa kreatif dan berprestasi ditengah keterbatasan” dan Prof. Slamet PH.MA.Med.MA.MHLR.PHD dengan materi “Membangun jiwa kreatif dan inovatif untuk mempersiapkan diri menyambut era bonus demografi” (Guru besar pendidikan teknolongi dan kejuruan UMY).
Pateri pertama adalah Prof Slamet, dari gerak-geriknya memang sudah keliatan guru besar, bicara cepet dan agak medok gitu. “Ana” bilang keliatan guru besar, toh PPT nya juga isinya bacaan semua. Biografi dan pengalaman hidupnya amat banyak, dia punya 4 anak dan keempat anaknya itu loh bergelar semua. Dia bilang kalau dulu setiap kuliah dia menempuh 94 km dengan sepeda ontel dan ketika diperjalanan dia menghapal 200 kosa kata inggris, pokoknya dalam sehari dia pasti dapet banyak hafalan.
Prinsip hidupnya adalah “jangan membenarkan yang biasa tapi membiasakan yang benar”. Dia juga bilang kalau manusia itu cepat tua tapi lamban cerdas, makanya dia tidak pernah menyia-nyiakan waktu? Salut sekali dengan pola pikirnya yang begitu intelektual. Kalau dalam materi dia bilang era demografi nanti tuh entah akan menjadi bonus atau bencana, ya biasanya kalo seminar lain bilangnya bonus demografi. Tergantung apakah anak usia produktifnya didik dengan baik atau tidak, kalau tidak tentunya itu akan menjadi bencana demografi.
Poinnua dalam menghadapi era demografi nanti kita harus mau dan mampu berfikir, bersikap, dan bertindak secara intuitif, imajinatif, kreatif, iventif, inovatif, inspiratif, komunikatif, promotif, futurintif, preventif, kuriositif, komperhensif, aksentuatif, altruitif, preservatif, progresf kompetitif, komparatiff, determinitif, integratif, intensif, ekstensif, reformatif, diversivikatif, simulatif, kuantitatif, kualitatif, iklunsif, digital literatif, disruptif, akseleratif, konstruktif, efektif, deskriptif, eksplortif, eksplanatif, deduktif, induktif dan sistemif (sumpah ngetiknya pegel). Satu pesan yang beliau kasih diseminar yaitu “Kebodohan kalian adalah berkah bagi saya” seperti halnya “Kesakitan anda adalah berkah bagi dokter” (mari kita renungkan).
Pemateri kedua adalah Kak Mukhanif, dia lebih menjelaskan bagaimana motivasi dia hidup dan berprestasi meski dilahirkan di keluarga yang berkecukupan dan ditengah keterbatasan karena tuna rungu. Dia tidak menggunakan bahasa isyarat, melainkan bicara langsung dan meski dia tidak mendengar perkataan orang lain dan dirinya sendiri, tapi dia bisa memahami lewat ucap mulut. Selain itu dia bisa dapetin segudang prestasi dan sebagai awardee LPDP dan Scholarship di Australia. Rasanya malu, dia juga ditengah keterbatasannya bisa begitu sukses sedangkan terkadang diri ini hanya bisa mengutuk diri sendiri.
Dia bilang “Hidup adalah hakikat ketidaksempurnaan: kelebihan dan kekurangan status selalu diam dan stagnan yang bergerak dinamis adalah hal senantiasa berfikir jernih, pikiran senatiasa terbuka, sikap yang senantiasa positif dan optimis”. Hal yang paling menyindir adalah “Apakah anda sudah punya tujuan dan falsafah hidup”. Intinya hidup harus punya tujuan dan senantiasa fokus sama tujuan, stop berhenti membandingkan diri dengan orang lain, stop mendengarkan kata orang dan satu yang terpenting kata kak Mukhanif adalah, ikuti kata hati.
Stelah seminar, otak sangat terbuka. Rasa malas melebur menjadi rasa semangat lagi. Terimakasih Tuhan yang sudah ngasih kesempatan untuk ketemu orang-orang hebat hari itu. Pulangnya pergi ke toko elektronik untuk membetulkan hp yang agak error karena gabisa full dicharger dan dianter oleh “Ana”. Ternyata hp harus di updet ke 2018, dan nunggu ngapdet lama sekali. Akhirnya kami memutuskan keluar dulu sekalian nyari bahan buat tugas dan makan eskrim.
Pada saat kita diem karena ngerasa udah gaada yang dibicarain tiba-tiba anak sekitar SMP (karena gapake seragam) cowok sama cewek, kita pastiin mereka pacaran. Tangan gandengan sambil tertawa tidak jelas melihat ke arah kami, sontak kita yang lagi diem sambil makan eskrim tersedak. Seakan tatapan mereka itu bilang “Nih gua dong pacaran, nah kalian makan eskrimpun sama temen sama-sama cewek lagih”. Cinta tidak selamanya indah dek. Akhirnya kami memulai pembicaraan kembali sambil merenung dan tertawa.
Pulangnya kami pisah, Ana pulang ke rumahnya. Ketika mau naik angkot ada anak kecil sekitar 4 tahunan yang duduk di pintu masuk angkot, mungkin anaknya supir angkot. Kebetulan angkot itu kosong. Anak kecil tadi hanya diam sambil makan gorengan. Dia bergeming ketika disuruh masuk kedalam angkot oleh bapaknya. Dalam diam akhirnya perjalanan hari itu telah berakhir. Lihatlah kaki ini sudah berselonjor di kursi kosan.
Comments
Post a Comment
Boleh Komentar, sekedar informasi untuk menambah wawasan.